Rabu, 25 Agustus 2010

Desa Liya Togo Kec. Wangi-wangi Selatan Kab. Wakatobi






Masyarakat hidup dari bertanam rumput laut dan nelayan. mereka umumnya masyarakat Bajo yang tinggal di darat, tidak di laut lagi...

Selasa, 24 Agustus 2010

Desa Liya Togo Kec. Wangi-wangi Selatan Kab. Wakatobi






Desa Liya Togo Kec. Wangi-wangi Selatan Kab. Wakatobi
Desa Liya Togo Kec. Wangi-wangi Selatan Kab. Wakatobi
Baliara ialah tempat peristirahatan raja-raja. Baliara ini kurang lebih setinggi 3 m dengan luas juga kurang lebih 12 m x 12 m yang dahulu kala digunakan sebagai tempat pertemuan khusus para raja-raja. Baliara terletak di Desa Liya Kabupaten Wakatobi

Masjid Tua Mubaraq Desa Liya merupakan campur tangan Kesultanan Buton setelah Buton (Wolio) menganut Islam ± Tahun 1500 abad ke 15. SyekhAbdul Wahid mengislamkan Sultan Buton pertama Murhum dan mengutus Ulama ke Pulau Wangi-Wangi dan pertama tiba di Pulau Oroho, sebagai tempat pemukiman pertama masyarkat Liya pada tahun 1401. Ulama mengajarkan Islam di Pulau Oroho. Masyarakat di Pulau Oroho pindah di daerah Liya Togo karena kekurangan air. Dan setelah mereka tiba di Liya Togo maka didirikanlah masjid dan benteng ternama ini. Bahan-bahan perekat pondasinya dibuat dari kapur yang ditumbuk, dicampur dengan benalu di sebuah batu yang berbentuk yang dalam bahasa Wangi-Wangi dinamakan "Tumbu'a"(Lesung). Alat ini masih ada di depan masjid. Masjid Mubaraq memiliki ukuran Panjang Pondasi seluruhnya 15.80 m, Lebar 15.70 m, Tinggi 2.20 m, Panjang Badan Masjid 13.50 m, Lebar Badan Masjid 13.35 m, Panjang Mimbar Masjid 1.85 m danLebar Mimbar Masjid 4.00 m.

Masyarakat hidup dari bertanam rumput laut dan nelayan. mereka umumnya masyarakat Bajo yang tinggal di darat, tidak di laut lagi...
(sumber : http://greatbuton.blogspot.com/2010_03_01_archive.html)